Candi Sewu adalah kompleks candi Buddha terbesar kedua di Indonesia setelah Borobudur dengan lebih dari 200 candi yang tersebar di area seluas 185×165 meter. Nama “Sewu” yang berarti seribu memang nggak literal, tapi menggambarkan betapa banyaknya candi perwara yang mengelilingi candi utama hingga bikin mata kagum pas pertama kali liat. Penasaran nggak sih sobat jalan-jalan, gimana rasanya berdiri di tengah “lautan” candi yang megah ini?

Sejarah dan Pembangunan Candi Sewu

Candi Sewu dibangun pada abad ke-8 Masehi sekitar tahun 782-812 pada masa pemerintahan Dinasti Sailendra. Kompleks ini dibangun sebagai pusat pembelajaran dan peribadatan agama Buddha dengan konsep mandala yang menggambarkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha.

Proses pembangunan kompleks ini memakan waktu puluhan tahun dengan melibatkan ribuan pekerja dan seniman ahli. Batu andesit yang digunakan didatangkan dari berbagai lokasi di sekitar Yogyakarta, nunjukin betapa ambisius dan terorganisirnya proyek ini.

Fungsi utama Candi Sewu bukan cuma sebagai tempat ibadah, tapi juga pusat pendidikan Buddha dengan perpustakaan dan asrama untuk para biksu. Trust me sobat jalan-jalan, bayangin aja betapa sibuk dan spiritualnya suasana di sini waktu masih aktif dipake ribuan tahun lalu.

Setelah tau sejarah megahnya, sekarang mari kita eksplor struktur dan tata letak yang bikin Sewu jadi istimewa.

Struktur dan Tata Letak Kompleks

Candi utama berdiri gagah di tengah kompleks dengan ketinggian sekitar 30 meter dan berbentuk bujur sangkar. Candi ini punya empat pintu masuk di setiap sisi mata angin dengan arca dwarapala yang menjaga setiap pintu masuk.

Candi perwara tersusun dalam pola konsentris mengelilingi candi utama dengan total 240 candi dalam berbagai ukuran. Ada candi apit, candi keliling, dan candi penjuru yang masing-masing punya fungsi dan makna simbolis tersendiri.

Tata letak mandala mencerminkan konsep kosmologi Buddha dengan candi utama sebagai pusat alam semesta. Pola ini bikin kompleks Sewu jadi representasi visual dari ajaran Buddha tentang struktur alam semesta yang harmonis.

Sistem drainase yang canggih masih bisa kita lihat sampai sekarang, dengan saluran air yang mengalir dari candi utama ke pinggiran kompleks. Teknologi ini nunjukin betapa maju peradaban Sailendra dalam bidang teknik sipil.

Baca Artikel tentang Candi candi di Yogyakarta

Nah, setelah takjub sama masterplan-nya, mari kita lihat detail arsitektur yang bikin mata terpana.

Keindahan Arsitektur dan Relief

gambar panorama candi sewu

Candi utama punya arsitektur yang memadukan gaya Jawa dengan pengaruh India, khususnya dari periode Gupta. Dinding luar dihiasi relief Buddha dan Bodhisattva dengan pose dan ekspresi yang bervariasi.

Relief cerita Jataka menghias beberapa panel dinding dengan kisah kehidupan lampau Buddha yang penuh makna moral. Setiap panel diceritakan dengan detail yang halus, dari ekspresi wajah sampai lipatan kain yang realistis banget.

Ornamen makara dan kala menghias bagian atas pintu dan jendela sebagai simbol penjaga dan penolak bala. Motif sulur-suluran dan bunga teratai juga tersebar di berbagai sudut dengan makna filosofis tentang kemurnian spiritual.

Stupa di puncak candi utama dulunya berisi relik suci atau manuskrip Buddha, meski sekarang udah kosong karena faktor alam dan waktu. Bentuk stupa yang khas ini jadi identitas kuat arsitektur Buddha di Jawa.

Selain keindahan arsitektur, ada beberapa hal unik lain yang bikin Sewu layak dikunjungi.

Keunikan yang Bikin Candi Sewu Istimewa

Jumlah candi yang mencapai lebih dari 200 buah bikin kompleks ini jadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Meski banyak yang udah runtuh, tapi susunan fondasinya masih terlihat jelas dan bikin kita bisa bayangin kemegahan masa lalu.

Lokasi strategis di tengah kompleks Prambanan bikin Sewu jadi pelengkap sempurna wisata candi di Jogja. Jarak cuma beberapa ratus meter dari Prambanan, jadi bisa sekalian dikunjungi dalam satu trip.

Proses restorasi yang masih berlangsung sampai sekarang bikin kita bisa lihat gimana arkeolog bekerja merekonstruksi candi-candi yang runtuh. Ada beberapa area yang masih berupa tumpukan batu dan ada yang udah setengah jadi.

Sunrise dan sunset di area Sewu nawarin pemandangan yang spektakuler dengan siluet ratusan candi sebagai foreground. Buat sobat jalan-jalan yang hobi fotografi, ini spot yang wajib banget didatengin pas golden hour.

Setelah puas eksplor keunikan Sewu, ada beberapa tips praktis yang perlu diketahui sebelum berkunjung.

Tips Berkunjung ke Candi Sewu

  • Akses masuk ke Candi Sewu termasuk dalam tiket terusan Prambanan seharga sekitar 50 ribu rupiah untuk domestik. Lokasinya memang masih dalam satu kawasan Taman Wisata Candi Prambanan, jadi tinggal jalan kaki aja.
  • Waktu terbaik berkunjung adalah pagi hari sekitar jam 7-9 atau sore hari jam 4-6 buat hindari panasnya siang. Kompleks yang luas ini butuh waktu minimal 1-2 jam buat eksplor dengan santai.
  • Alas kaki yang nyaman wajib banget karena bakal banyak jalan di area yang luas dengan permukaan batu yang agak kasar. Bawa topi atau payung juga recommended karena area ini minim tempat berteduh.
  • Paket wisata Jogja dengan durasi 1 hari sampai 4 hari 3 malam bisa dipertimbangkan disesuaikan dengan waktu yang sobat miliki.
  • Air minum dan snack better dibawa dari luar karena di dalam kompleks fasilitas masih terbatas. Ada toilet dan mushola, tapi warung makan cuma ada di area parkir utama Prambanan.

Candi Sewu emang masterpiece yang nunjukin betapa canggih dan spiritualnya peradaban Buddha di Jawa pada abad ke-8. Kompleks ini jadi bukti nyata kalau Indonesia punya warisan budaya dunia yang nggak kalah megah dari situs-situs terkenal di negara lain. Jadi gimana sobat jalan-jalan, siap merasakan sensasi berdiri di tengah kompleks candi terbesar kedua di Indonesia yang bikin merinding sekaligus takjub ini?